Pengertian dan Definisi
Autisme adalah ganguan perkembangan yang berdampak pada kemampuan berkomunikasi, memahami bahasa, bermain, dan berinteraksi dengan orang lain.
Autisme merupakan sindrom perilaku, yang definisinya didasarkan atas pola perilaku yang ditunjukkan oleh orang ybs.
Autisme bukan penyakit, tidak menular, tidak didapat melalui kontak dengan lingkungan.
Autisme merupakan kelainan neurologis yang dibawa sejak lahir dan selalu terdeeteksi sebelum usia tiga tahun.
Penyebabnya belum diketahui; diperkirakan karena multi-sebab, yang masing-masing termanifestasikan dalam berbagai bentuk autisme.
Autisme adalah salah satu jenis kelainan yang termasuk Autisme Spectrum Disorder (ASD) yang mencakup:
1) Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD NOS), yang ciri-cirinya menyerupai autisme tetapi tidak parah;
2) Rett’s syndrome, kelainan genetik yang hanya menyerang anak perempuan, dengan tanda-tanda neurologis yang berat termasuk seizures, (seperti gila atau kesurupan) yang tampak lebih jelas dengan pertambahan usia;
3) Asperger syndrome, ciri-cirinya seperti autisme tetapi kemampuan bahasanya relatif baik;
4) Childhood Disintegrative Disorder: perkembangannya tampak normal untuk beberapa tahun pertama, tetapi keterampilan bicara dan keterampilan lainnya terus mundur hingga akhirnya memiliki karakteristik autisme.
Kemampuan dan kepribadian penyandang autisme dan ASD sangat bervariasi:
– retardasi mental berat hingga gifted;
– mengisolasi diri hingga memiliki afeksi tingkat tinggi dan senang kontak sosial;
– pasif dan lambat merespon, hingga sangat aktif dan tampak terus berinteraksi dengan aspek lingkungan yang disukainya.
Deskripsi Perilaku Autis
– Kesulitan dalam perkembangan komunikasi verbal maupun non-verbal, interaksi sosial, dan kegiatan bermain.
– menunjukkan gerakan-gerakan tak lazim, repetitif, berkelamaan; – resistensi terhadap perubahan dalam rutinitas dan roman lingkungannya;
– terlalu peka atau kurang peka terhadap jenis-jenis stimulasi tertentu, menunjukkan tantrum, agresi atau bentuk-bentuk perilaku dramatis lainnya;
– Pola perkembangan keterampilan yang tidak merata (misalnya superior dalam musik, mekanik, dan berhitung; tetapi bidang-bidang lain terhambat).
Diagnosis, Evaluasi dan Prevalensi
Diagnosis dan Evaluasi
– Alat diagnosis: Diagnostic and Statistical Manual of the American Psychiatric Association, Fourth Edition (DSM IV,1994).
– Diagnosis dilakukan setelah anak mengembangkan keterampilan bahasa yang kompleks (sekitar usia tiga tahun), oleh dokter spesialis anak, psikolog, psikiatris anak, atau spesialis neurologi.
– Evaluasi pendidikan dan perkembangannya dilakukan oleh guru PLB dengan melibatkan keluarga, untuk membantu mengembangkan rencana intervensi dini.
Prevalensi
– Autisme sebagai satu sindrom pertama kali teridentifikasi pada awal abad k-20.
– Autisme atau ASD dengan definisi yang luas terjadi pada 1/500 orang.
– Autisme lebih banyak menyerang anak laki-laki daripada anak perempuan (4:1).
– Prevalensi autisme tidak mengenal perbedaan ras, budaya, status sosial ataupun ekonomi.
Pendidikan Anak Autis
Siswa penyandang autisme lebih banyak persamaanya daripada perbedaanya dengan siswa-siswa lain. Meskipun banyak di antara mereka memberikan tantangan pengajaran yang berat bagi guru, tetapi mereka dapat belajar dengan baik bila pengajarannya menggunakan praktek pengajaran yang tepat, sistematis, dan terindividualisasi.
Pedoman Umum Pengajaran Siswa Autis:
– Program pengajaran yang diindividualisasikan (IEP).
– Lingkungan belajar yang terstruktur, dengan pedoman yang jelas mengenai perilaku apa yang diharapkan dan tidak diharapkan.
– Kelas dilengkapi dengan alat-alat bantu informasi visual agar anak dapat memahami dan memprediksi alur kegiatan kelas.
– Kurikulum didasarkan atas karakteristik individual anak, bukan atas dasar label autisme.
– Fokus pada pengembangan keterampilan yang akan bermanfaat bagi kehidupan anak sehari-hari.
– Penggunaan sistem visual, bahasa isyarat, atau alat peraga untuk berkomunikasi dengan anak.
– Keterlibatan orang tua anak serta keluarganya untuk berpartisipasi dalam proses asesmen, perencanaan kurikulum, pengajaran, dan monitoring.
– Mengidentifikasi kegiatan atau obyek yang dapat memotivasi anak, dan menggunakannya untuk pengajaran atau sebagai reinforcement.
– Anak berkesempatan memilih kegiatan belajar yang disukainya.
– Pendekatan behavioristik: trial and error training, prompting, reinforcement.
– Dalam kelas inklusif, teman-teman sekelasnya harus didorong untuk suportif dan kooperatif.
– Bagi penyandang autisme dengan perilaku destruktif, gunakan pendekatan positive behavior support:
mengajarkan perilaku alternatif dan mengubah lingkungan belajar dan aspek-aspek kurikulum yang terkait dengan masalah anak.
Referensi
Dunlap, G. & Bunton Pierce, M. (1999). Autisme and Autisme Spectrum Disorder (ASD). The ERIC Clearinghouse on Disabilities and Gifted Education (ERIC EC). Tersedia: http://ericec.org/digests/e583.html
Dunlap, g. & Fox, L. (1999). Teaching Students with Autisme. The ERIC Clearinghouse on Disabilities and Gifted Education (ERIC EC). Tersedia: http://ericec.org/digests/e582.html