Pengertian Tunanetra
Apa itu Tunanetra?
Teman-teman pasti sering mendengar istilah tunanetra dan berjumpa dengan orang tunanetra. Istilah buta lebih sering digunakan oleh masyarakat dibanding istilah tunanetra, namun dalam KBBI maupun peraturan pemerintah istilah tunanetra yang lebih sering digunakan. Hal ini mungkin disebabkan karena istilah tunanetra memiliki makna yang lebih positif. Artikel kali ini membahas mengenai definisi dari tunanetra.
Di Indonesia istilah tunanetra lebih dikenal dengan sebutan buta karena merujuk pada arti kata blind(buta total). Sebelum kita membahas tunanetra, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu Legally Blind. Legally blind memiliki arti kata langsung dalam bahasa Indonesia yakni buta secara hukum. Seseorang dapat dikatakan legally blind karena melibatkan proses pengukuran ketajaman pengelihatan visual seseorang dalam ukuran tertentu yang jelas dan pasti. Pengukuran ketajaman penglihatan dilakukan dengan mempergunakan international chart yang disebut Eyesight-Test. Legally blind diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu blind (buta total) dan low vision (Hallahan, Kaufman, dan Pullen, 2009).
Blind atau buta total adalah seseorang yang memiliki kondisi ketajaman pengelihatan 20/200 atau kurang dari pengelihatan orang yang memakai kacamata atau jangkauan pengelihatan yang sangat sempit dengan diameter jangkauan pengelihatan tidak lebih dari 20 derajat. Low vision adalah istilah pendidikan yang merujuk pada individu dengan kerusakan pengelihatan dan kerusakan ini tidak tergolong berat. Individu dengan low vision masih bisa melihat dan membaca dengan alat bantu pengelihatan seperti kaca pembesar dan membaca tulisan yang dicetak dengan ukuran yang besar. Secara medis, individu dengan low vision memiliki ketajaman pengelihatan antara 20/70 dan 20/200 dibanding kemampuan pengelihatan orang yang menggunakan kacamata.
Istilah tunanetra dalam KBBI edisi kelima (2016) memiliki arti tidak dapat melihat atau buta. Istilah tunanetra dalam UU RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas termasuk ke dalam penyandang disabilitas sensorik. Penyandang disabilitas sensorik adalah orang yang mengalami gangguan pada fungsi panca indera. Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) mendefinisikan tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata. Nakata (2003) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan tunanetra adalah mereka yang mempunyai kombinasi ketajaman penglihatan hampir kurang dari 0.3 (60/200) atau mereka yang mempunyai tingkat kelainan fungsi penglihatan yang lainnya lebih tinggi, yaitu mereka yang tidak mungkin atau berkesulitan secara signifikan untuk membaca tulisan atau ilustrasi awas meskipun dengan mempergunakan alat bantu kaca pembesar. Jadi, berdasarkan penjelasan sebelumnya tunanetra adalah ketidakmampuan sesorang untuk melihat, baik secara total maupun sebagian dengan alat bantu pengelihatan.
Pendampingan Tunanetra
Pernahkah kalian bertemu dengan individu Tunanetra? Ataukah justru berada dekat dengan kalian? Pernahkah kalian bertanya-tanya bagaimana pendampingan yang paling tepat terhadap individu tersebut?
Langkah yang sangat penting dilakukan adalah kita perlu memahami netra dari sudut pandang sebagai individu yang utuh dan berpotensi. Memberi sapaan ketika bertemu individu netra merupakan salah satu bentuk menghargai kehadiran mereka. Tak hanya itu, kita sebagai pendamping perlu memiliki rasa empati, simpati, dan antusiasme dalam memberikan pendampingan dan pelayanan. Dalam beberapa situasi, kita perlu menanyakan apakah mereka memerlukan bantuan kita. Namun seringkali penyandang netra sangat mampu melakukan banyak hal tanpa bantuan kita.
Pendampingan yang paling tepat dilakukan pertama kali adalah memberikan pengenalan kepada individu netra terhadap lingkungan sekitar. Pengenalan terhadap lingkungan sekitar membutuhkan beberapa sarana dan prasarana yang dapat membantu mempermudah pemahaman. Contohnya huruf braile yang merupakan sistem penulisan dengan menggunakan titik-titik yang timbul untuk mempermudah netra menggunakan indera perasanya. Sedangkan untuk perhitungan, netra dapat menggunakan sempoa. Pengenalan terhadap peralatan yang ada di sekitarnya dapat menggunakan alat peraga yang dapat diamati melalui indera perasa dan pendengarannya.
Semoga informasi di atas dapat meningkatkan pengetahuan kita dan semakin menumbuhkan rasa kepedulian kita terhadap sesama. Selamat berdinamika.