Membangun lingkungan belajar yang efektif di Sekolah Luar Biasa (SLB) terutama bagi anak autistik membutuhkan strategi yang terfokus dan konsisten. Dua fondasi utama yang sering dianggap krusial adalah kepatuhan (mengikuti instruksi) dan fokus (kontak mata atau perhatian) adalah starting point yang wajib dikuasai guru dan siswa.
Tanpa kedua hal ini, menyampaikan materi pelajaran, sekreatif apa pun, akan terasa sulit dan tidak efektif.
Dua Kata Kunci Kesiapan Belajar
Dalam konteks kelas SLB, ada dua keterampilan dasar yang perlu diajarkan di awal, sebelum masuk ke materi akademik. Keterampilan ini berfungsi sebagai “pemanasan” mental:
- Instruksi Dasar Awal: Jika siswa Anda cenderung berdiri (aktif), instruksi awal yang kuat adalah “Duduk!”. Jika siswa Anda cenderung duduk (pasif atau terpaku), instruksi awal yang memicu gerakan adalah “Berdiri!”.
- Penting: Kedua instruksi ini tidak diajarkan secara bersamaan. Fokuslah pada satu kemampuan hingga dikuasai untuk menghindari kebingungan.
Strategi Praktis: Mengajarkan Kepatuhan “Duduk” di Kelas
Prosedur ini bisa diadaptasi oleh guru dan asisten guru di ruang kelas dengan memanfaatkan kursi belajar siswa:
- Siapkan Ruang: Gunakan dua kursi: satu untuk Anda (guru) dan satu untuk siswa. Dudukkan siswa menghadap Anda.
- Jaga Stabilitas: Kaitkan kaki Anda (tumit) ke kaki kursi siswa. Ini penting untuk mencegah kursi bergeser saat intervensi fisik.
- Bantu Siswa Berdiri: Beri bantuan fisik (pegangan lembut tapi tegas di pinggul atau lengan atas) untuk memandu siswa berdiri. Hindari berbicara saat memberikan bantuan fisik ini.
- Berikan Instruksi: Ucapkan instruksi “Duduk!” dengan nada datar dan volume yang jelas.
- Gunakan Prompt dan Tunggu: Beri waktu tunggu (sekitar 5 detik). Jika siswa tidak merespons, berikan prompt fisik (tekanan lembut pada kedua bahu) untuk membantu siswa duduk di kursinya.
- Segera Beri Apresiasi: Segera setelah siswa duduk, berikan apresiasi/penguatan (imbalan). Apresiasi bisa berupa pujian, high five, atau benda yang disukai. Lakukan penguatan secara bervariasi.
Mengelola Emosi dan Konsistensi
- Abaikan Reaksi Negatif: Selama proses ini, jika siswa menangis atau berteriak, abaikan reaksinya. Fokuslah pada tugas (duduk).
- Netralitas Guru: Saat memberi instruksi dan prompt, pastikan ekspresi wajah Anda netral. Jangan biarkan emosi siswa memengaruhi emosi Anda. Namun, saat memberi apresiasi, tunjukkan wajah penuh sukacita dan ketulusan.
- Konsistensi adalah Kunci: Setelah siswa mampu duduk mandiri sebanyak tiga kali berturut-turut tanpa prompt, siswa tersebut sudah mencapai status “mastered” untuk keterampilan ini. Lanjutkan praktik ini setiap kali memulai sesi belajar.
Mencegah Ketergantungan (Dependency)
Kepatuhan yang sudah terbentuk akan sangat mempermudah proses pengajaran materi selanjutnya. Namun, ada satu hal penting yang harus dihindari: ketergantungan siswa pada satu guru.
Di SLB, penting untuk melibatkan minimal tiga orang pengajar (guru, asisten guru, atau terapis) yang berbeda secara bergantian untuk mengajarkan kepatuhan. Ini mencegah siswa hanya patuh pada satu orang saja. Jika siswa hanya merespons satu guru, proses pembelajaran akan terhambat ketika guru tersebut tidak ada.
Dengan fondasi kepatuhan yang kuat dan konsisten dari berbagai figur otoritas, Anda telah menciptakan lingkungan yang siap untuk menyerap materi pelajaran dengan optimal!











Sebelum memulai kegiatan belajar, saya mulai dengan pendekatan personal kepada siswa. Tujuannya adalah membangun rasa nyaman dan kedekatan emosional, karena proses pembelajaran akan banyak melibatkan interaksi intensif, baik melalui komunikasi lisan maupun sentuhan fisik. Setelah kedekatan terjalin, saya akan mengidentifikasi kebutuhan belajar spesifik siswa. Berdasarkan data tersebut, saya kemudian menentukan metode mengajar yang paling efektif, serta menyusun rencana kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.”